Mengawal Keberangkatan 367 Duta Penghafal Al-Quran

Muratara, Opini1218 Views

Ferry Irawan AM*)

Kabarkite.com, Opini (13/5) – Syarif Hidayat selaku Bupati Kabupaten Musi Rawas Utara atau yang disingkat dengan Muratara telah mencanangkan cita-cita luhur demi masa depan anak-anak bangsa yang bernaung di sebuah kabupaten berslogan Beselang Serundingan. Maka lahirlah ide-ide atau pemikiran cemerlang dari orang-orang yang menginginkan perubahan bukan hanya dalam masa kepemimpinannya saja. Jauh daripada itu puluhan tahun ke depan patut juga dipertimbangkan. Salah satunya dengan menanamkan bibit-bibit unggul di bidang keagamaan di setiap desa yang ada di Kabupaten Muratara. 

Mengingat pembangunan di sebuah daerah tidak hanya ditentukan dengan melihat keberhasilan pembangunan infrastruktur saja. Pembangunan bidang mental spiritual juga ikut menentukan kemajuan di suatu daerah. Tingginya nilai keagamaan dan kepatuhan menjalankan tuntunan yang sesuai dengan agama yang dianut seseorang juga menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan.

Memang, pembangunan di bidang mental ini tidak serta merta dapat dilihat wujudnya seperti halnya membangun sebuah jalan atau jembatan. Akan tetapi jalan dan jembatan yang kita bangun tentu mempunyai batasan waktu yang pada akhirnya rusak dengan sendirinya. Sedangkan pembangunan di bidang mental spiritual akan terus berkesinambungan dan berkembang menuju arah perbaikan walaupun yang menancapkan pilar pertamanya sudah rusak termakan usia alias meninggal dunia.

 
Pemkab Muratara telah menganggarkan lebih dari 10 Milyar rupiah yang diperuntukkan pembiayaan pemondokan 367 santri di Pulau Jawa dan Madura selama 3 tahun dihitung kalender pendidikan. Dan pemberangkatan duta-duta penghafal al-Quran itu paling lambat bulan Juni 2017, mengingat kegiatan belajar di sebuah pesantren tetap mengacu pada jadwal pendidikan yang diatur oleh MENDIKNAS dan Kementrian Agama.  

Ratusan santri tersebut tentu saja mereka yang telah mengikuti dan melalui beberapa tahapan. Dan satu kegiatan lagi yang harus diikuti sebelum keberangkatan yakni pembekalan. Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengenalkan kepada para santri yang akan diberangkatkan tentang arti sebuah pendidikan di sebuah pondok pesantren, belajar hidup mandiri dan belajar etika atau tatakrama dalam mencari ilmu.

Begitu pentingnya kegiatan ini diharapkan kepada pihak pemerintah untuk mendatangkan tenaga-tenaga pesantren baik dari Jawa atau Madura yang sudah disepakati bersama sebagai lembaga yang bertanggungjawab menjalankan program yang diinginkan. Adapun lamanya pembekalan ini bisa memakan 3-5 hari dan para santri disediakan tempat menginap. Bisa juga bekerja sama dengan pondok-pondok pesantren yang berada di Muratara sebagai penyedia tempat pemukiman santri. Dan, selama dalam pembekalan ini diharapkan kepada orang tua ikut mendampingi sekaligus menandatangani perjanjian dengan pemerintah daerah.

Dari pembekalan ini pula para calon penghafal al-Quran secara tidak langsung mendapatkan pengetahuan dan pemahaman metedologi menghafal serta nilai-nilai yang sangat luar biasa bagi setiap calon hafiz dan hafizoh.

Ini bukan program asal-asalan yang kita tidak boleh menjalankannya dengan setengah hati dengan dalih apapun. Sebab masa depan anak-anak bangsa sedang dipertaruhkan apabila tidak mendapatkan hasil maksimal pada akhirnya. Oleh karena itu, sebaiknya penempatan anak harus dibagi secara merata. Tidak dipusatkan di satu tempat saja. Mengingat latar belakang kedaerahan dan kesukuan sangat mendominasi pemikiran anak-anak Muratara. Hal ini mengakibatkan –tidak menutup kemungkinan– membentuk kelompok-kelompok kecil di dalam areal pesantren dan boleh jadi membuat permasalahan baru bagi pengurus pesantren yang akan ditempati. Misalkan terjadinya (maaf) tawuran dan hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Dan pemerintah yang bakal disudutkan karena tidak jeli dalam memutuskan penempatan anak.  

Hasil (out put) yang diharapkan dari program ini (beasiswa santri) adalah: 1. Hafal al-Quran 30 juz (Lafdhon wa Ma’nan wa ‘Amalan) terciptanya penghafal al-Quran yang paham arti dan mengamalkan 2. Hafal hadits-hadits nabi 3. Berijazah formal SMP/MTs atau SMA/MA 4. Mengabdi pada bangsa, agama dan negara (setelah pulang).

Akhirnya, selamat jalan wahai para jundullah. Berkibarlah bendera al-Quran di lima dan puluhan tahun yang akan datang. Tebaslah paradigma kekerasan yang sudah sekian lama ditudingkan padamu sehingga menjadi insanul kamil dan ber-akhlakul karimah. Amin …

*) Pemerhati Budaya dan Sosial Masyarakat

Comment