Dulu senyummu, aku tunggu disetiap pagi.
Tawamu bagi ku lebih bernilai dari honor kerjaku
Hawa yang keluar dari bibir mungilmu,
Itu surga rasanya…
Melupakan semua perih
Membungkus Lara
Kau tau ?
Aku menyukai sewaktu kau merajuk atau marah,
kenapa ?
Disana ada gairah,
Disitu rasa kelelaki-lakian ku tergugah.
Adakah kau tau ?,
Betapa aku merasa perkasa saat itu…
Diwaktu mampu menjinakkanmu ego-mu
Lalu bersimpati dipelukku.
tapi itu dulu…
Disaat aku sama denga laki-laki lain
Saat sadarku, Wanita hanya sekedar pelengkap.
Sekedar pemuas rasa kelelakian yang cabul
Pelampias rasa gagal menjadi petarung
Ya…
Hanya untuk menutupi eksitensi diri yang hilang
Untuk pamer kepiawaian menjadi penjaja rayuan
Tapi itu dulu…
Tau kah kau wahai Perempuanku..?
Asal muasal sistem peternakan yang kau geluti
Asal Muasal Pertanian yang kita tekuni
Ramuan obat lukaku ini
Itu dari tangan kaummu
Ia lahir dari ayakan rangkaian sejarah kaum mu.
Dari rasa sayang dan lembut itu
Dan adakah kau tau ?,
Darimana senjata Samurai dan Tombak itu ampuh ?
Dari ketekunan dan kesetiaan kaummu dengan pasangannya.
Dari lembut dan lentik jari jemarimu perempuanku…
Lalu…
Jangan mau ditipu lagi
Dengan sulap rayu murahan
jangan mau digombali lagi
Dengan Janji sakti tak berujung
Sebab…
Laki-laki yang tak kenal sejarah kalian…
Ia hanya menjadikan kau bagian cerita cabulnya
Ia akan mengeksploitasi-mu melalui kepekaan rasamu
Mereka cuma lakukan kekerasan atas rasa lembutmu
Kau tau…
Kadang rasa sayang itu membunuhmu
karane itu
Rawatlah sayang itu
Agar kau akan malu dengan Leluhurmu
Yang berjuang mengungkap takdir sejarahmu
Seperti temaram lampu neon ini
kau akan tersipu malu
Dan merah karenanya…
Karena Kartini, Cut Njak Dien lebih kuat darimu
Dari perempuan modern ungkapmu
Yang katanya menjadi budak layar sentuh
Kasihku…
Ingatlah kau juga memiliki hak sama, dengan lawan jenismu
Apa artinya mereka tanpa kaum mu
karena itu lawan ketimpangan itu…
Lalu…
Jangan tunduk sedikitpun
Oleh rasa birahimu,
Oleh perasaan yang tipu daya
Oleh rayu para pemuja kecabulan
Setelah itu lawan lah…
Kapitalisme kafir yang terus menjajakan molek tubuh kaummu
Untuk mendapatkan nilai lebih
Untuk Marketing produk mereka yang over
Sebab ia hanya menjadikan kalian boneka permainan dilayar kaca, lalu majalah Cabul
meski itu mengiurkan…
Lihat mataku, jangan sayang…
Mereka menghina gender-mu
Menodai perjuangan kaum-mu
Yang mereka tau hanya menjual kemolekan kaummu
Lalu menjuallembut suara dan rayu-mu,
Sebab yang kau dapat itu Fatamorgana Cinta
Hanya popularitas yang berselimut kutukan
Bertopengkan publik figur tanpa embel-embel
Sesunggunya kemasan menjadikan kau Pelacur
Doaku dalam Gejolak-mu…
Semoga kau sekuat Lasarsati
Seanggun Kartini
Secantik Ratu Balgis
Secerdas Cleopatra
Kekasih lama,
Pandangi reranting itu
Tanpa daun, tanpa klorofil
Kering tak bermakna meski mencoba mengapai Angkasa
Fahami itu, sebelum kau nikahi rasa kita…
Puisi: Edosaman
21 Agustus 2010 jam 2:29