Maknailah….
Mentari yang mengelilingi porosnya
Ia menjumlahkan dengan perlahan dua angka prima yang pertama
Yang perdetiknya dijumlahkan dengan doa dan penghibaan ke Esaan-Nya
Perharinya di jumlahkan dengan kemalasan dan kelalaian
Pertahunnya dikurangi dengan puasa dan raya
Hingga menghasilkan dua angka prima pertama yang berurutan “23”
Dentang lonceng 00 : 00 malam ini
menanarkan pandangan indah masa lampau
Saat semua menyambut cemas penuh bahagia
Saat suara pertama ku dengar dalam seruannya
Saat berkali-kali berganti dada dan dekap hangat
Saat ciuman gemas dan mesrah mendarat di pipi
Saat tawa dan suaraku di nantikan
Begitu juga saat ku rasakan bisik angin pertama
Melalui desah daun dan rerumputan yang bertasbih memuji kebesarannya
Seperti itulah dunia terasa cetar membahana…
Dentang lonceg 00 : 00 malam ini
Menanarkan ku akan tugasku membunuh mangsa ijabi dengan berhijab
Membakar jin dan syaitan didunia dengan dzikir dan 5 waktunya
Dan menabung untuk membangun rumah indahku kelak
Dentang lonceng 00 : 00 malam ini
Mengalahkan perkataan hebat Einstein bahwa “rentang waktu itu berbeda
Tergantung dalam keadaan apa kita berada”
Dengan perkataan Tuhan bahwa
“hanya akulah yang tahu umur manusia”
Dentang lonceng 00 : 00 malam ini
Mengalahkan kata hebat Sekular barat bahwa,
Waktu adalah “dollar di dalam kantung”
Dengan perkataan Hasan Al-Banna bahwa
“Waktu adalah pedang potong atau terpotong”
Kumpulan Puisi : Eli Marlina
Lubuklinggau, 02 Februari 2013