Direktur RS Dr.Sobirin Mengeluh Minta Berhenti

by -479 Views
by

image

Foto : Jumpa Pers Direktur Rs Dr Sobirin, Dr Harun, Selasa (1/7)

*KP Dan Binpel Salahkan Keluarga Pasien Dan Pihak Pers

Kabarkite.com -Lubuklinggau (2/7), Banyaknya keluhan dan permasalahan pelayanan yang dilaporkan masyarakat, tampaknya ‘membangunkan’niat Direktur RS Sobirin, Dr Harun untuk mundur dari jabatannya.

Terlebih menurutnya,muncuatnya masalah pelayanan di RS Sobirin terkadang melibatkan intelektual internal berpengaruh.

“Seperti permasalahan keluarga pasien bernama Surya Darma (warga Kecamatan Terawas, red), itu tidak benar. Petugas kami sudah melakukan tugasnya sesuai prosedur dan tidak ada pungutan Jamsoskes. Gimana kami bisa bekerja optimal kalau sedikit-sedikit dikritik. Kalau begini terus saya tak kuat, lebih baik mundur jadi direktur,”ucap Direktur RS Sobirin, Dr Harun saat menggelar konferensi pers, Selasa (1/7) siang.

Padahal lanjut Harun, saat ini manajemen RS Sobirin telah terus berupaya melakukan pembenahan terutama dalam melayani masyarakat. Terlebih lagi, pihaknya sedang mengupayakan RS Sobirin menjadi RS regional sebelum dirujuk ke propinsi.

Terkait pertemuan untuk mengklarifikasi keluhan keluarga pasien, Harun menghadirkan sejumlah petugas RS Sobirin yang bertanggung jawab atas peristiwa yang dialami Sudirman, pasien gawat darurat. Petugas dimaksud diantaranya perwakilan komite perawat dan bidang pelayanan RS Sobirin,menjelaskan kronologis kejadian. Tak hanya itu, Harun pun menghadirkan dua orang yang mengaku keluarga Sudirman (28) lainnya, salah satunya bernama Nardi.

“Kami tidak mengeluarkan statemen apapun kepada wartawan, tapi itu statemen surya darma. Malahan kami berterima kasih atas pelayanan yang diberikan petugas RS Sobirin,” kata Nardi diamini rekannya dengan anggukan dengan wajah tertunduk.

Sementara Perwakilan Komite Perawat RS Sobirin, H Sahud Dalimunte menjelaskan bahwa dari awal ada pihaknya memang telah memberikan rujukan supaya pasien dirawat di RSMH Palembang. Saat itu, keluarga pasien berencana membawa Sudirman menggunakan mobil pribadi dan tidak berniat menggunakan Jamsoskes.

“Tapi esok paginya berubah, keluarga berencana mengurus pasien melalui fasilitas Jamsoskes. Mengenai uang Rp1,5 Juta yang diminta itu merupakan uang jaminan pemakaian tabung oksigen dan sudah dikembalikan. Makanya kami sayangkan, timbulnya permasalahan ini,” jelas dia.

Lagipula kata H Sahud, pihaknya telah memproses dan mengeluarkan uang layanan Jamsoskes sebesar Rp3,14 juta yang memang dianggarkan untuk keperluan pasien yang dirujuk ke Palembang.

Bidang Pelayanan RS Sobirin Dr Evi menambahkan, anggaran pelayanan jamsoskes tidak include dalam biaya rujukan ke RSMH Palembang. Sebab biaya rujukian dianggarkan melalui APBD Mura, alokasinya untuk BBM Rp440 ribu, biaya perawat Rp640, sopir Rp540 per dua hari. Adalagi biaya pendamping pasien untuk
dua orang dianggarkan maksimal per 10 hari sebesar Rp1,5 juta.

“Kami bidang pelayanan meminta supaya pemberitaan terkait pelayanan mohon dikonfirmasi dan ditanyakan yang petugas bersangkutan. Karena tidak semua hal direktur tahu persis permasalahan yang ada. Akhirnya kami merasa selalu disalahkan dan dihakimi, marilah kita sama-sama menghormati hak masing-masing. Padahal kami selalu berbenah, melakukan tugas sesuai
dengan standar pelayanan. Bila masalah sudah diekspose tanpa konfirmasi, stigma negatif dari masyarakat bakalan melekat,” ucap Dr Evi.

Terpisah, keluarga pasien Sudirman lainnya bernama Surya Darma menegaskan bahwa apa yang disampaikannya di media terkait pelayanan RS Sobirin sesuai realita dan fakta yang sebenarnya.

“Statemen saya sebelumnya itu realita dan saya bertanggung jawab. Banyak yang menyaksikannya, ada yang ‘tak beres’ dalam pelayanan terhadap keponakan saya Sudirman,
korban kecelakaan parah,” ucap dia.(Tim-RD)