Ide Gila Sang Bupati Muratara

Muratara, Opini1142 Views

Ferry Irawan AM*)
Bupati Bercita-cita membuat Panti Khusus Suku Anak Dalam Kabupaten Muratara 

Kabarkite.com, Opini (7/9) – Seseorang yang berpikir dan berbuat untuk perubahan anak-anak bangsa menuju kebaikan, masih lebih utama daripada ia beribadah seribu tahun lamanya.

Sewaktu menjabat sebagai Sekda Kabupaten Musi Rawas tahun 2003-2004, HM Syarif Hidayat selalu menelorkan ide-ide gila dan nyeleneh. Jauh sebelum program pemerintah, khususnya di Sumatera Selatan melaksanakan pendidikan dan berobat gratis, Syarif Hidayat telah berusaha keras mengusulkan kepada pimpinan. Namun sayang, itu dianggap ide gila yang tak masuk akal dan tinggallah menjadi cita-cita. Dan dua tahun kemudian H. Alex Noerdin kala itu sebagai Bupati Muba memproklamirkan diri sebagai pelopor Pendidikan dan sekolah gratis.

Memanusiakan manusia
Terus bertahan dengan karakter pribadinya, Low Frofile, Syarif Hidayat yang kini memimpin Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) lebih menekankan pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Dia berprinsip, dengan tanpa mengesampingkan pembangunan fisik, semuanya akan jumping bilamana pola pikir manusia-manusia yang ada di Muratara tidak segera diperhatikan. Untuk itu segala manusia yang bernaung dalam wilayahnya mereka layak untuk diperjuangkan hak-haknya. Seperti komunitas Suku Anak Dalam (SAD), agar ke depan tidak ada lagi anak suku dalam atau suku anak luar. Mereka itu rakyat Muratara secara utuh.

HM. Syarif Hidayat bercita-cita membuat sebuah panti khusus untuk mereka dengan fasilitas yang cukup dan layak, lengkap dengan sarana pendidikan dan kesehatannya. Pembentukan karakter ini, bertekad untuk memutuskan mata rantai sebuah doktrin kemiskinan dan manusia bawah tanah yang ada selama ini. Kapan mereka akan merasakan kebangkitan dan lepas dari keterbelakangan. Mereka adalah manusia dan harus kita manusiakan.

Alagangkah indahnha jika semua pihak khususnya di lingkungan Pemkab; Dinas Sosial, Pendidikan, Kesehatan pun juga kemenag agar mengapresiasi keinginan mulia ini dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing. Mereka juga penerus dan harapan bangsa ini. Tentu saja berharap kepada Dewan, Pelaku Seni tidak lagi mengedepankan Suku Anak Dalam acara secara terang-terangan. Tujuan kita adalah mengentaskan kehidupan anak-anak bangsa yang tertinggal ini. Pendidikannya, ekonomi, kesehatan dan gizi itu yang lebih utama daripada memunculkan mereka ke permukaan akan tetapi ketika mereka pulang tetap tenggelam dalam kekelaman hidup. Pada akhirnya kita semua tentu menginginkan mereka setara dengan anak-anak bangsa lainnya. Aamiin ya rabbal alamiin.(red)

*) Pemerhati Budaya dan Sosial Masyarakat.

Comment