Pasca Teror Bom Surabaya, Tidak Berdampak Pada Aktivitas Pesantren

Opini923 Views

Kabarkite.com, Opini (3/6) – Pasca Teror Bom SurabayaTidak Berdampak Pada Aktivitas Belajar di Pesantren Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau

Sejauh ini, pasca insiden teror bom di Surabaya dan Sidoarjo (13-14 Mei) lalu tidak berdampak apa-apa pada seluruh pondok pesantren berada dalam kedua wilayah ini. Masing-masing pesantren tetap menjalankan aktivitas belajar mengajar tanpa adanya rasa terusik.

Herry Subekti, pimpinan pondok pesantren Wali Songo misalnya, secara pribadi sangat menyayangkan peristiwa aksi menyayat hati bagi seluruh bangsa Indonesia baru-baru ini. Tetapi anak-anak santri tetap belajar sebagaimana biasa, ungkapnya.

Akibat aksi dari sekelompok orang dengan melalui jaringannya bukan hanya memicu kebencian, permusuhan bahkan mengancam kedaulatan NKRI. Aksi terorisme, radikalisme adalah sebuah faham orang yang belum begitu paham dengan alirannya atau kepercayaan yang dianutnya. Tepatnya, pemahaman mentah yang berakibat mall praktek.

Memang sudah seharusnya dewan guru (asatidz) di setiap pesantren memberikan pemahaman pada para santri untuk belajar jangan sampai setengah-setengah. Pahami quran berikut dengan tafsir dan asbabun nuzul. Pahami hadits sekaligus matan, sanad dan asbabul wurud. Pahami fiqih jangan hanya satu imam walau pun hati cenderung dan komitmen dengan kebanyakan amalan sosial masyarakat. Insyaallah dengan kematangan ilmu dalam diri tak membuat diri menjadi ragu dan mudah putus asa dalam menghadapi kehidupan. Dari kematangan ilmu yang dimiliki maka akan muncul rasa kasih sayang, bukan antar sesama manusia saja, terhadap binatang, tanah yang didiami serta tanam tumbuh di lingkungan kita harus kita pupuk dalam sanubari. Santri juga harus diutamakan pemahaman bahwa Islam adalah agama kasih sayang, bukan agama penyebaran kebencian. Dari hal sekecil apapun yang membuat orang terluka seperti membuang duri di jalanan adalah termasuk rukun iman yang terendah dalam ajaran islam. Lebih-lebih seseorang dapat melakukan perbuatan besar demi terciptanya kedamaian di muka bumi.

Sementara di kota Lubuklinggau seperti Pondok Pesantren Mafaza selalu menerapkan sumpah alumni setiap tahunnya. Yakni siap menjadi pembela agama dan negara di manapun dan dalam kondisi apapun.

Para santri di berikan pemahaman terhadap pejuang-pejuang NKRI yang komitmen pada cintanya untuk negara. Seperti KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Sultan Mahmud Badaruddin II, Dell. Mereka adalah para pahlawan Islam yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.

Dengan pemahaman ini insyaallah para santri akan tertanam rasa kecintaannya pada NKRI ini. Dan, satu lagi; para santri harus ditanamkan sifat kemandirian dan diajarkan kewirausahaan seperti pertanian, beternak hewan, pertukangan dan lainnya. Jika ini dimiliki oleh para alumni dari setiap pesantren maka tidak ada alasan mereka terbentur dalam masalah ekonomi di kemudian hari. Sebab faktor inilah sering kali orang-orang mengambil jalan pintas guna memenuhi kebutuhan perut. Akhirnya nekad melakukan hal-hal yang terlarang oleh agama dan melawan hukum.[]

#Ferry Irawan AM
Pemerhati Budaya dan Sosial Masyarakat

Comment