Rakyat Selalu Diatasnamakan Dalam Sebuah Kepentingan

Opini1202 Views

Ferry Irawan AM*)

Pemerhati Budaya dan Sosial Masyarakat
Kabarkite.com, Opini (21/11) – Memandang peristiwa demi peristiwa di kabupaten Musi Rawas Utara yang di singkat Muratara banyak mengundang perhatian siapapun. Aksi tutup jalan, himpitan dan tekanan bahkan hujatan, ujaran kebencian kepada pemimpin membuat bagi orang-orang yang berpikir jernih mengelus dada. Maka sangat perlu masing-masing pihak untuk bermuhasabah.

Muhasabah adalah sarana mengenal diri sendiri. Karena semakin banyak muhasabah semakin enggan dan takut mengungkit-ungkit aib orang lain. Betapa diri sendiri ternyata tak lebih baik dari Orang-orang. Jauh sekali menghujat, mengungkapkan saja sudah mengurangi pahala sendiri.

Apa tidak boleh mengungkapkan kesalahan? Selagi kepentingan bangsa dan negara serta sesuai dengan kapasitasnya sebagai aparatur penegak hukum itu adalah wajib hukumnya. Yang jadi masalah teramat banyak muncul nama ini itu secara dadakan dan memungsikan diri bahkan menasbihkan sebagai mitra hukum. Dan hilang senyap manakala urusan dan kepentingannya tersalurkan.

Maraknya aksi di muka umum yang selalu mengatasnamakan rakyat (masyarakat) hendaknya harus dicarikan akar masalah dan titik nol untuk memulai sebuah penilaian terhadap setiap aksi yang ada. Agar jangan sampai menjadi korban adonan sekelompok orang yang mempunyai maksud justeru untuk membebaskan atau memuaskan keinginannya sendiri. Kasihan masyarakat luas yang tak tahu apa-apa dan selalu diatasnamakan. Ini namanya menjual nama untuk nama.

Terkait aksi kelompok AMARA di Pemkab Muratara kemudian berlanjut ke DPRD dan meminta Rapim guna memakzulkan Bupati dengan penilaian yang tidak dengan penilaian jujur serta menggunakan data-data akurat. 

Kalau ingin membuat penilaian harus membuat runutan dimulai dari awal kinerja dan membuat rekam jejak secara profesional.

Seperti dalam pengamatan bahwa kelompok AMARA membuat pernyataan mereka di DPRD waktu demo kemarin: Mengatakan atas nama masyarakat Muratara tokoh masyarakat se Muratara. Masyarakat dan tokoh yang mana?

Tokoh masyarakat yang menokohkan diri atau yang ditokohkan sendiri? Bupati tidak tegas? Menurunnya PAD?

Sesuai fakta yang ada bahwa investor  masuk di Kabupaten ini dengan inves 3.1 triliyun yang bakal menyerap tenaga kerja 10 ribu orang dari masyarakat Muratara, pengiriman santri, dan adanya program memanusiakan manusia suku anak dalam agar keluar dari keterbelakangan, pembangunan yang terus dikebut, dan PAD meningkat dari tahun ke tahun.

Jadi, mari kita memberlakukan diri sebagai control sosial dan sebagai pengkritik yang arif. Satu lagi, takkan pernah dapat memaksa karakteristik seseorang. Adakalanya kita berhadapan dengan pemimpin low profile dan di sisi lain high profile. (*)

Comment