Memotret Pemilih Palembang

Opini, Politik1051 Views

Fatkurohman : Pemerhati Opini Publik

Kabarkite.com, Opini (5/11) – Hasil Survei yang dilakukan Rumah Citra Indonesia (RCI)  per Juli 2017 menggambarkan 51 persen pemilih sangat cair dan bisa berubah pilihannya terhadap kandidat jelang pilkada yang dikenal dengan pemilih non militan. 
Sementara pemilih militan di Kota Palembang hanya sekitar 49 persen yang tersebar diseluruh kandidat jika disimulasikan tiga kandidat yakni Harnojoyo,  Sarimuda dan Mularis Djahri. 
Tingginya pemilih non militan ini perlu menjadi catatan bagi seluruh kandidat dan menjadi peluang bagi calon alternatif dengan syarat gerakkannya minimal harus menyamai dengan para pemain lama. 
Lalu siapa pemilih non militan ini? Ada beberapa gambaran dalam survei RCI yang saya pelajar.
Pertama,  pemilih religius. Sebagai kota yang dikenal dengan religius  sebetulnya pemilih religius ini menginginkan adanya kandidat yang mereprestasikan kalangan mereka seperti ulama dan tokoh organisasi Islam semisal NU yang terbesar di Palembang sekitar 48 persen. 
Hal ini terlihat dalam survey RCI,  jika ada kandidat dari kalangan ini tertarik untuk memilih sekitar 32 persen baik sebagai cawako atau cawawako Palembang yang mungkin sebelumnya pemilih tersebut telah memilih kandidat lain.  Kemana arah mereka jika tidak ada kandidat dari kalangan pemilih ini? Sementara kandidat yang muncul saat ini lebih banyak representasi kalangan nasionalis.
Kedua,  generasi millenial,  pemilih Palembang dari kalangan anak muda usia 17 – 29 tahun. Generasi milenial ini lebih melek teknologi dan informasi serta masa pencarian jati diri serta posisi ditengah kehidupan. 
Kehadiran Lury Elza Alex beberapa waktu lalu sempat membuat harapan bagi pemilih ini. Praktisi Survey LKPI Arianto mengakui dalam survei beberapa bulan terakhir, kehadiran Lury Elza menarik magnet pemilih millenial paling tinggi. Melihat berbagai aksi sosialisasi yang memang menarik pemilih pemula dengan memanfaatkan teknologi informasi sosial media.
Selain itu ada Hernoe Roesprijadji yang juga mampu menarik magnet anak muda dengan relawan anak mudanya yang begitu masif dan termasuk Harnojoyo juga menjadi magnet dengan programnya dalam hal ini pedestrian Sudirman. 
Pemilih ini cenderung tertarik dengan hal-hal baru yang unik sehingga kemungkinan merubah pilihan tinggi tergantung dari isu yang menarik bagi mereka. Sebagian lagi akan lebih suka ketertarikan akan isu lapangan kerja dan wirahaha muda terutama bagi lulusan perguruan tinggi.
Ketiga,  pemilih rasional. Pemilih rasional ini akan sangat mudah berubah pilihan jika kandidat tersebut tidak menghadirkan hal-hal yang konkret dan rasional. Mereka mengacu pada program dan gagasan yang ditawarkan kandidat. Mereka berasal dari kalangan menengah keatas dan pendapatan diatas rata-rata. Jumlahnya berkisar 20 – 30 persen pemilih di Palembang. 
Pemilih ini akan cenderung menentukan pilihan pada menit-menit akhir jelang pemungutan suara dan sering menentukan kemenangan kandidat jika kandidat bersaing ketat. Untuk membidiknya kandidat harus mempu merasionalkan programnya kepada pemilih ini. 
Keempat,  pemilih oportunis. Pemilih oportunis ini pemilih yang didasarkan pada kepentingan materi atau politik uang (money politik/lokak duit). Jika mengacu pada referensi riset 2013 bervariasi tapi bisa mencapai 15 persen pemilih oportunis. Pemilih berada dikelompok-kelompok masyarakat miskin dan pinggiran kota.  Ada istilah makin besak makin dipilih kandidat tersebut.
Artinya,  siapa yang bakal unggul di pilkada Palembang, mereka yang mampu menundukan menundukan keempat jenis pemilih ini untuk mendulang suaranya. (*)

Comment