Pria dan Buah Hatinya

by -565 Views

ayah dan anakOleh : Mariska Lubis

Kabarkite.com-Essai, MELIHAT pria bermain penuh ceria dengan buah hatinya selalu saja menarik dan membuat diri bergumam dalam khayal. Teringat masa dan waktu bersama ayah dan menghabiskannya dengan penuh kehangatan. Terbayang juga dengan anak-anak yang selalu membutuhkan figur seorang ayah untuk dapat  menuntun dan memimpinnya hingga menjadi dewasa dan mandiri sebagaimana selayaknya seorang manusia sejati. Tentunya, hampir semua perempuan merasakan hal yang sama. Pria dan buah hatinya selalu menggoda!

Saya masih ingat trik-trik teman dan adik-adik saya yang memanfaatkan keponakan mereka untuk dapat menarik perhatian perempuan. Begitu juga dengan teman-teman pria yang suka menggoda dengan berlagak seperti benar saja ayah yang baik. Tapi, apapun itu, memang tidak bisa disalahkan. Naluri untuk mendapatkan perhatian lewat beragam cara sudah lumrah dan amat sangat bisa dimaklumi. Apalagi perempuan secara alamiah juga selalu tertarik dengan pria yang dekat dengan anak-anak karena biasanya mereka bisa menjadi ayah yang baik bagi anak-anak.

Sayangnya, barangkali tidak semua pria mengerti dan memahami semua ini. Lebih banyak pria yang menyerahkan pengasuhan anak-anak mereka kepada ibu dari anak-anaknya. Sebagai ayah, tugas dan kewajibannya hanya mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan secara materi. Kemanjaan yang diberikan pun lebih kepada uang dan benda, bukan dalam bentuk sentuhan dan kasih sayang. Bukan berarti tidak sayang, tetapi tidak tahu bagaimana caranya saja atau tidak mau tahu. Ya, nggak?!

Ibu adalah perempuan dan ayah adalah pria, yang tentunya berbeda dan memiliki peranan masing-masing di dalam perkembangan psikologis anak. Untuk anak lelaki dan perempuan juga berbeda. Ayah cenderung dekat dan memanjakan anak perempuannya secara berlebihan sehingga lupa bahwa anak perempuan itu membutuhkan pemimpin yang tegas dan mampu membantunya di dalam bersikap dan mengambil keputusan. Sementara ayah seringkali mengajak anak lelakinya untuk menjadi sama seperti dirinya, dan tidak mengindahkan bahwa anak lelakinya belum tentu sama dengan dirinya. Persaingan itu pun menjadi ada di antara mereka, apalagi bila anak lelaki itu dimanja oleh ibunya.

Nah, yang paling menjengkelkan adalah bila pria pergi meninggalkan anak-anaknya begitu saja setelah bercerai dengan istrinya. Memang biasanya sering ada cek cok dan keributan karena ibu pun seringkali memaksa dan merasa bahwa anak itu adalah miliknya saja, dan ayah sama sekali tidak memberikan perhatian ataupun peduli dengan kebutuhan anak itu lagi. Terutama bila sudah memiliki  pasangan baru dan anak dari yang lain. Padahal, tidak ada bekas anak, kalau bekas istri atau bekas suami itu ada. Pasangan yang baru juga suka egois dengan tidak mengijinkan, maunya anak dia saja yang diurus dan diperhatikan. Sehingga anak pun kemudian menjadi korban, yang sebenarnya bukan korban dari perpisahan itu, tetapi korban dari keegoisan orang tua mereka.

Terlepas dari apa pun alasan kenapa perpisahan itu terjadi, tetap tidak ada alasan orang tua tidak bertanggung jawab kepada anaknya. Tidak juga ada alasan salah satu orang tua tidak memberikan ijin agar anaknya tidak bertemu dengan darah dagingnya sendiri.  Amat sangat tidak baik juga bila saling menjelekkan satu sama lain di depan anak dan memberikan masukan yang buruk kepada anak tersebut tentang salah satu. Tidak ada perpisahan yang disebabkan oleh salah satu, pasti keduanya. Orang tua yang baik seharusnya bisa menjadi bijaksana dan tidak egois. Anak adalah titipan yang bukan kepemilikan.

Paling parah lagi kalau yang diributkan dan menjadi masalah adalah soal uang dan uang. Aduh! Betul-betul memalukan! Anak jadi belajar dan melihat bagaimana uang itu adalah masalah besar. Efeknya, dia bisa menjadi anak yang takut dengan uang atau kebalikannya, haus akan uang. Mereka tidak lagi belajar untuk menggunakan hati nuraninya, tetapi materi adalah yang utama. Kasihan banget!!!

Kembali lagi kepada pria dan buah hatinya. Banyak pria yang tidak mengerti bagaimana bersikap dan memperlakukan perempuan. Perempuan selalu dianggap sebagai misteri yang sulit dan rumit sekali. Padahal, perempuan itu mudah sekali untuk bisa dikuasai bila tahu kuncinya. Kuncinya adalah percaya diri,yakin dan percaya pada dirinya sendiri, dan mampu untuk tegas di dalam bersikap dan mengambil keputusan, serta bisa dijadikan tempat yang diandalkan dan dapat dipercaya untuk berlabuh, bermanja, dan bertanya.  Kenapa? Karena pria adalah pemimpin, maka sejatinya pria harus mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan juga yang lain, termasuk istri dan anak-anaknya terutama yang perempuan.

Ayah yang tidak bisa dengan tegas membantu anak perempuannya di dalam mengambil keputusan terbaik, baik itu karena ingin membebaskan ataupun karena ingin memanjakan, maka tidak akan membantu sama sekali. Ada masanya anak bisa menentukan pilihannya sendiri, tetapi arahan itu penting agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. Anak perempuan yang memiliki ayah yang tidak tegas maka cenderung akan labil dan kehilangan percaya diri. Biar bagaimana pun, ayah adalah inspirasi bagi anak perempuannya.

Agak sedikit berbeda dengan pria yang harus berhadapan dengan anak-anak lelakinya. Anak lelaki hanya bisa belajar bermain sebagaimana pria bermain, yaitu dengan ayahnya sendiri. Ibu tidak tahu bagaimana, oleh karena itu, anak lelaki selalu membutuhkan figur pria adar perkembangan psikologis dan mentalnya dapat berkembang dengan baik. Bila pun tidak ada ayah, ada keluarga dan teman pria yang bisa dijadikan panutan. Anak lelaki selalu belajar dari ayahnya juga bagaimana di dalam bersikap dan memperlakukan perempuan sebagaimana yang dilihatnya dari bagaimana ayah memperlakukan ibunya. Ayah yang memperlakukan ibu anak lelakinya dengan terhormat, akan memiliki rasa hormat pada ibunya dan perempuan. Begitu juga sebaliknya….

Ada waktunya kapan seorang pria menjadi ayah bagi anak-anaknya, menjadi pemimpin, menjadi teman bermain, teman bercerita, tempat untuk bertanya, dan tempat untuk bisa membantu menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. Jadi, tidak melulu harus sama setiap saat, tergantung pada situasi dan kondisi serta kebutuhan. Pria yang sejatinya tahu persis  bagaimana menempatkan diri sesuai posisi, tempat, dan waktunya.

Satu hal yang paling penting adalah jangan pernah membiarkan anak baik anak lelaki ataupun perempuan, merasakan dusta. Biar bagaimana pun mereka memiliki hati yang mampu untuk merasakan dan memiliki pemikiran yang terus berkembang. Mereka bisa melihat, mendengar, dan merasakannya walaupun tidak mampu untuk bicara dan mengungkapkannya. Mereka jadi belajar bahwa dusta itu adalah benar dan diperbolehkan, karena merupakan salah satu bentuk di dalam cinta dan berpasangan.

Begitu juga dengan kemarahan dan makian. Bila memang memiliki masalah dengan pasangan dan diri sendiri, jangan limpahkan kepada anak-anak. Jangan juga pernah memperlihatkan makian dan kemarahan itu ada di depan mereka. Mereka jadi belajar bahwa marah dan memaki adalah ungkapan rasa cinta dan kasih sayang. Bisa dibayangkan, bagaimana mereka ke depan nanti? Bagaimana mereka bila berkeluarga?!

Bila memang ada masalah dengan pasangan, hadapi dan selesaikanlah dengan penuh keberanian. Lari dari masalah, apalagi dengan kemudian mencari yang lain sebagai pelarian, akan menjadi salah total. Masalah akan menjadi semakin besar, rumit, dan sulit untuk diselesaikan. Bila mau diteruskan, perbaikilah dengan sebaik-baiknya dan dengan kesungguhan hati. Komit dengan apa yang sudah dipilih dan tatalah setiap langkah proses menuju perbaikan yang lebih baik lagi ke depan. Tidak mau ribut? Ribut itu bagian dari proses, kok! Kenapa takut?! Dalam hal ini, prialah yang paling berperan karena keputusan itu lebih baik ada di tangan pria. Selain untuk menjaga harga dirinya sendiri dan semua, juga agar tidak ada penyesalan yang berlarut dan membuat masalah tidak pernah usai.

Bila memang tidak lagi bisa bersama dengan berbagai alasannya, apapun itu maka lebih baik dihadapi dan segera diputuskan. Maju mundur dengan berbagai pertimbangan akan membuat semakin ragu dan takut. Satu hal saja, jangan pernah berpisah karena ada yang lain tetapi itu harus benar dari diri sendiri. Bagaimana bila salah satu tidak menginginkannya?! Jangan pernah juga kasihan lalu kemudian menjadi berdusta lagi dan lagi. Kesannya memang egois, tetapi jujur jauh lebih baik daripada berdusta. Ingatlah kepada anak, mereka bukan tameng, jadikanlah mereka anak-anak yang berani untuk jujur dan belajar dari kejujuran. Dustalah yang akan membuat mereka rendah diri, susah, dan tidak bahagia. Bukan sekarang, tapi nanti di depan. Toh, semua  tergantung pada cara kita di dalam bersikap dan berkomunikasi.  Semua ada masa dan waktunya meski seringkali perlahan.

Pria dengan buah hatinya, bukan hanya sekedar untuk menggoda dan menggairahkan perempuan. Bukan juga hanya untuk mencari perhatian tetapi untuk dapat memberikan kebahagiaan kepada anak-anaknya. Sangatlah membahagiakan semua bila seorang pria mampu menjadi ayah yang benar baik dan bisa mengantarkan anak-anak mereka kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Hati siapa yang tidak tersenyum menyaksikan semua itu?! Banyak pria yang kelihatan benar dekat dengan anak-anak mereka, namun sesungguhnya hanya sedikit saja yang mampu menjadi pria sejati bagi anak-anaknya. Hanya pria yang benar pemimpin sajalah yang bisa memberikan bahagia dan menjadi kebahagiaan untuk semua.

Pria seksi bukan pria yang berwajah tampan dan bertubuh menawan. Bukan juga yang pintar, pandai, berharta banyak dan memiliki segalanya. Pria seksi adalah pria sejati yang bisa menjadi pemimpin dan memberi kebahagiaan bagi anak-anaknya dan semua lewat kejujuran, keberanian, ketegasan, ketulusan, dan kesungguhannya.***Tulisan ini di ambil dari Kumpulan tulisan Essai Mariska Lubis Posted on January 13, 2013 by bilikml