Bangunan Perkantoran Musirawas Tak Cerminkan Kearifan Budaya Lokal

Uncategorized306 Views

Kabarkite.com-Musirawas (27/1), SEJUMLAH Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Musirawas, Sumateraselatan menyesalkan minimnya kreativitas dan inovasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dibawah kepemimpinan Ridwan Mukti (RM). Menurut mereka semestinya, setiap arsitektur bangunan yang ada di Komplek Perkantoran Agropolitan Center Muara Beliti harus mencerminkan khasanah adat istiadat budaya lokal/daerah. Hal itu diperlukan sebagai identitas daerah serta pengenalan budaya daerah kepada masyarakat luar.

Menurut Toyib Rakembang, anggota DRPD Kabupaten Musirawas, pembangunan sejumlah perkantoran yang ada sangat minim inovasi dan terkesan tak semarak dan artistik. Ia berharap pembangunan kantor Bupati dan Gedung DPRD Musirawas yang sedang dibangun saat ini bisa mencerminkan khasah budaya lokal yang nantinya akan menjadi warisan kepada generasi berikutnya untuk mengenal kebesaran budaya lokal daerah yang disebut Silampari tersebut.

“Itu lihat kantor-kantor di Muara Beliti yang tidak mencerminkan kearifan budaya lokal. Bagaimana adat istiadat dapat terjaga dan terlestarikan, jika semua bangunan tanpa perencanaan yang inovatif dan bermuatan edukasi ” tegas anggota DPRD, Toyib Rakembang (27/1).

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) sekaligus Ketua DPC PAN Mura menjelaskan perkantoran, kantor bupati dan DPRD seharusnya atap bangunannya mencerminkan rumah adat asli Mura tidak seperti sekarang tidak ada bentuk pencerminan adat istiadat. Tidak seperti daerah lain diluar Sumsel yang menunjukkan budaya kearifan lokal. Apalagi sebagai pemerintah yang menjadi contoh langsung pelestarian budaya lokal.

Selain itu sebuah kawasan perkantoran seperti di Agropolitan Center Muara Beliti seharusnya kawasan itu menunjukan adat istiadat khas Musirawas. Sehingga orang atau tamu yang melakukan kunker (Kunjungan Kerja) di Musirawas bisa melihat langsung adat istiadat yang ada didaerah tersebut, sehingga sekaligus menjadi bagian dari bentuk edukasi kepada publik.

Ia mencontohkan seperti Daerah Istimewa  Yogyakarta, Sumatera Utara (Sumut) dimana bangunan perkantoran yang dilakukan memiliki perencanaan yang matang, sehingga ada unsur filospinya yang cermin kearifan budaya lokal terlestarikan dengan dipakainnya sejumlah nama jalan, bangunan fisik perkantoran dan gedung kesenian yang ada, semua berciri khas adat istiadat daerahnya.

“Kita bukan menunjukkan masalah sukuisme tetapi budaya kearifan lokal khas daerah bisa diperlihatkan. Sehingga orang tahu dan anak cucu kita tahu bahwa rumah adat dan budaya khas Mura yang ada tercerminkan di dalam sebuah bangunan,”tegas dia.

Toyib menambahkan, kedepan eksekutif lebih memperhatikan budaya kearifan adat istiadat khas daerah yang dikembangkan tidak hanya dalam bentuk bangunan perkantoran, namun seperti pintu gerbang daerah yang menunjukkan kekhasan budaya Musirawas.

Sementara itu, Anggota Komisi III, H Ismut Yahya mempertegas pernyataan rekannya tersebut, bahwa seni budaya lokal memang harus lebih banyak dikembalikan pada bentuknya agar dapat menjadi sebuah asset yang berharga bagi daerah. Dan inovasi atau perencanaan gedung perkantoran yang dilakukan harus disosialisasi dengan mengelar sejumlah kompetisi. Sehingga generasi penerus bangsa bisa mengetahui budaya Musirawas yang ada dan terdorong untuk ikut mempelajari dan melestarikannya.

“Jangan hanya lembaga adat yang dijadikan ujung tombak karena perlu dilakukan pagelaran dimasyarakat, sehingga budaya yang ada tidak punah dimakan era globalisasi,”kata dia.

Politisi Partai Demokrat menambahkan, eksekutif juga lebih banyak melakukan sosialisasi ke sekolah dan masyarakat lainnya. Khusunya memasang baner atau spanduk yang mengambarkan ragam budaya yang ada di Mura.

“Sosialisasi penting dilakukan dan keterlibatan generasi muda sangat penting untuk ikut serta melestarikan adat istiadat. Nah supaya tidak monoton dibuatlah kompetisi sehingga menjadi semangat bagi generasi penerus bangsa tersebut,”pungkasnya.(Rutan)

Comment