Cinta Terakhir

Uncategorized328 Views

Oleh : Mariska Lubis

Kabarkite.comEssai, Ada banyak yang datang dan pergi  di hari-hari yang telah lalu. Tidak dapat dipungkiri ataupun bisa dihilangkan. Tidak perlu juga untuk ditutupi dan disanggah. Mereka ada pada saat dan waktunya, namun semua itu sudah berakhir. Kini pun banyak yang memburu dan memaksa tetapi untuk apa? Tidak ada lagi keinginan untuk kembali ke masa lalu, yang sekarang pun hanya ada satu, masa depanlah yang menjadi tujuan. Walaupun bukan yang pertama, tapi selalu ada yang terakhir.

Mengingat dan mengenang masa lalu memiliki keindahan tersendiri. Bahkan tak jarang menjadi larut dan tenggelam kepada kehidupan di masa lalu itu. Terbayang segala keindahannya, apalagi bila belum selesai dan usai. Seperti masih ada yang harus dituntaskan dan membuat penasaran. Hanya saja, manusia berubah termasuk diri sendiri. Belum tentu apa yang ada di dalam bayangan dan mimpi itu benar adanya, kita tidak pernah tahu. Bisa jadi, semuanya justru bukan menjadi lebih baik tetapi jauh lebih buruk. Masa depan itu harus lebih indah, kan?!

Sebuah pembicaraan tentang masa lalu dan masa depan, berikut setiap perjalanan yang ada membuat diri semakin yakin. Biarpun ada jutaan yang datang sekarang ini, baik di masa lalu, kini, dan nanti, tetap saja hanya ada satu yang di dalam hati. Dia memang bukan yang pertama, tetapi dialah yang terakhir. Tidak ada keinginan untuk yang lain, pintu itu sudah tertutup dan tidak mau dibuka lagi. Sudah ada yang ada di dalam sana, dan itu untuk selamanya.

“Kamu sebaiknya membuka diri. Dia itu brengsek!”

“Kenapa kamu mengatakannya demikian?”

“Dia memiliki banyak yang lain, walaupun dia sebenarnya sayang padamu. Kamu hanya akan sakit hati dan terus disakiti. Dia tidak akan pernah berubah!”

“Saya yakin dia sayang saya. Saya juga yakin saya sangat mencintainya. Saya tidak bisa tanpa dia.”

“Kamu harus ingat dirimu sendiri. Ingat siapa yang harus kamu tanggung! Bebanmu begitu berat, dengan dia yang seperti itu, bebanmu akan semakin berat. Kamu layak untuk bahagia!”

“Saya sangat bahagia bila bersamanya dan saya tidak bisa mendustai itu semua. Saya juga tidak sampai hati berdusta pada yang lain. Hanya dia yang ada di dalam hati saya ini.”

“Oh, ya? Kamu tahu, kan, kalau cinta itu tak selalu harus bersama?!”

“Ya, saya sadar itu apalagi dengan situasi dan kondisi seperti sekarang ini. Dia pun pasti akan sulit sekali untuk bisa yakin bahwa saya benar mencintainya dan tidak mau ada yang lain. Saya terima dia apa adanya. Siapapun, apa pun, dan bagaimana pun dia, dia tetap bintang tergenit penuh pesona di dalam hati saya ini.”

“Kamu mau disakiti terus? Kamu nggak capek?! Kamu sudah terlalu sering diperlakukan seperti ini juga  sebelumnya! Nggak kapok, hah?!”

“Ya, saya sudah lelah dan capek. Saya juga ingin bahagia. Namun itu bukan berarti saya ingin yang lain dan mencari yang lain. Bahagia saya adalah ketika dia bahagia dan memberikan kebahagiaan kepada semua. Saya juga berubah, saya selalu berusaha menjaga hati saya. Saya tidak mau lagi mendustai diri saya sendiri dan orang lain seperti saya dulu. Dia adalah segalanya buat saya!”

“Ya, ampun! Kamu tuh keras kepala banget, sih! Resikonya terlalu berat, sayang! Kamu siap?!”

“Saya hanya mendengarkan kata hati saya saja. Saya yakin itu benar adanya. Saya tidak mau memilih ataupun dipilih. Meskipun dia tidak mau bersama saya, tidak yakin dengan saya, dan bahkan pergi, saya tetap ada untuk dia. Dia adalah yang terakhir, tidak ada yang akan bisa menggantikan dia di hati saya.”

“Aih! Mati, deh, saya!”

“Saya serius dan saya sungguh- sungguh. Saya merasa bahagia sekali pada akhirnya saya diberikan kesempatan untuk bisa merasakan cinta yang sebenarnya. Itu jawaban dari doa saya dan saya sangat bersyukur. Saya tidak minta yang lain, saya hanya ingin bisa mencintai dan memiliki cinta yang sebenar-benarnya. Itu saja, kok!”

“Speechless saya! Sumpah! Saya tidak bisa membayangkan ada orang sepertimu yang bisa benar-benar cinta sampai tidak memikirkan diri sendiri. Dia enak dan hanya selalu memikirkan dirinya sendiri. Asyik saja terus dengan yang lain. Apa yang kamu dapat?! Cuma sakit hati saja, kan?! Capek, deh!!!”

“Saya mendapatkan apa yang saya inginkan. Cinta saya yang sesungguhnya, satu-satunya dan yang terakhir buat saya. Biarkan dia pun menemukannya, siapa pun itu selalu hanya satu dan yang terakhir. Dia hanya butuh dirinya sendiri untuk menjadi yakin, dan dia akan menemukan lewat jalan dan caranya sendiri.”

Tidak ada penyesalan sama sekali atas apa yang sudah diberikan. Pahit dan manisnya selalu saja yang terbaik dan terindah. Sekarang mungkin belum mampu untuk merasakannya, bisa jadi masih menjadi rahasia dan belum waktunya untuk dibuka. Tidak ada juga yang salah karena cinta itu sendiri adalah anugerah yang sangat indah. Cinta itu datang menghampiri begitu saja tanpa bisa diduga kapan waktunya dan dengan siapa. Walaupun kita sering tidak mampu membedakan mana cinta dan mana nafsu, tetap saja diri sendiri yang paling tahu sebenarnya. Tergantung pada diri sendiri juga, beranikah untuk mengakuinya dan berani jugakah untuk mengikuti dan menurutinya?! Kendali keputusan ada di tangan masing-masing, resiko dan tanggung jawabnya pun jatuh pada diri sendiri.

Salah? Menjadi salah bila ini semua hanyalah sebuah permainan. Hanya untuk melarikan diri dari masalah dan hanya untuk memenuhi kebutuhan nafsu semata. Semua tergantung pada niat di awal dan tujuan. Niat di awal bisa juga salah, tetapi selalu ada kesempatan untuk memperbaikinya dan memulainya kembali dari awal. Cinta yang sudah diberikan, tidak akan pernah menjadi sia-sia dan hanya membuat duka. Cinta adalah keindahan dan akan selalu membuat semuanya menjadi indah bagi semua.

Satu hal yang amat sangat positif terasa dari kejadian yang ada adalah betapa sulitnya belajar untuk menjadi sabar dan bisa tulus serta benar mencintai. Ini bukan soal pasrah dan penerimaan begitu saja, tetapi soal bagaimana kita mau untuk bisa menjadi lebih baik agar kehidupan kita sendiri menjadi indah. Harus diakui bahwa sebelumnya tidak ada kesabaran, tidak ketulusan, dan tidak ada kejujuran di dalam cinta. Semua itu menjadi pelajaran yang sangat berharga sekali dan memang sulit. Hanya saja, ada keyakinan di dalam diri bahwa proses itu berjalan dengan tiada henti. Tidak ada yang bisa meraih langit ke tujuh bila tidak mau bertahap dan melewatinya dengan penuh kesabaran, ketulusan, dan kesungguhan.

Ada banyak jalan pintas yang seolah benar bisa memberikan bahagia serta kepuasan, tetapi untuk apa bila hanya berakhir duka dan terus membuat luka. Untuk apa juga bila terus ada penyesalan lagi dan lagi yang tiada henti. Apa enaknya berdusta pada diri sendiri terus dan pada yang lain?! Capek sendiri!  Maaf berjuta kali pun tidak akan mampu mengubah apa pun kecuali diri sendiri yang berubah, kan?!

Jadi, untuk apa juga mencari yang lain bila sudah ada. Bahagia itu benar-benar terasa dalam setiap suka dan dukanya. Masalah yang ada saja tidak selesai-selesai, kenapa membuatnya semakin bertumpuk? Apa enaknya hidup seperti itu?! Lebih baik, jujur sajalah! Dia memang cinta terakhir. Dia cinta satu-satunya dan itu untuk selamanya. Mau lari dan dusta seperti apa, sih?! Tetap saja ujungnya ke dia-dia juga. Main api? Nggak mau! Nanti takut terbakar!!!

Tidak mungkin? Kenapa tidak mungkin? Yakinlah bahwa itu benar adanya. Keyakinan itu ada pada diri sendiri dan sangat tergantung pada diri sendiri juga. Bila yakin pada diri sendiri, maka keyakinan itu akan datang dengan sendirinya kepada yang lain dan apapun itu. Tidak semua orang memiliki alasan untuk mencintai, cinta tidak memerlukan alasan apapun. Tidak perlu juga ada yang harus ditakuti bila benar percaya dan yakin serta mau melangkah dari awal lagi bersama-sama. Restu dan ijin akan datang bila ada niat yang benar dan kesungguhan di dalam menjalankannya serta keberanian di dalam menghadapi dan menjalaninya.

“Saya akan memberikan apa saja untuk bisa membuatmu selalu tersenyum dan bahagia walaupun itu terkesan pahit.  Memberikan cinta ini untukmu adalah bahagia dan selalu membuat diri ini tersenyum. Dirimu adalah yang cinta yang terakhir dan segalanya. Saya yakin dan percaya bahwa dirimulah cinta sejati saya.” *** Penulis berprofesi sebagai Penulis, mengajar menulis, yang tertarik dengan kehidupan sosial politik dengan perubahannya lewat kata seks. 

Comment