Dari Rendahnya Elektabilitas, Hingga Program yang Kabur

Uncategorized391 Views

Kabarkite.com-Lubuklinggau (20/11), MARAKNYA baliho bakal calon di setiap kota dan kabupaten di Sumateraselatan menunjukkan rendahnya elektabilitas mereka untuk dipilih rakyat. Hal itu menurut kalangan mahasiswa diakibatkan karena masih kaburnya program yang akan di tawarkan oleh para bakal calon Gubernur tersebut. Selain itu fenomena tersebut juga mengkultuskan bahwa para tokoh tersebut sangat tidak populer di mata rakyat Sriwijaya.

Yudi Purna Nugraha (20), Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas hukum Universitas Sriwijaya (Unsri), sekaligus Ketua Pimpinan Cabang Front Anak Bangsa Menguggat (Frabam) Kabupaten ogan ilir (OI) memaparkan bahwa didaerahnya dari enam bakal calon Gubernur yang muncul saat ini yaitu Eddy Yusuf, Eddy Santana Putra (ESP), Alex Noerdin, Herman Deru (HD), Ridwan Mukti (RM) dan Ishak Mekki, baliho Edi Santana Putra (ESP) dan Herman Deru(HD) yang mendominasi, ditambah dengan baliho Ridwan Mukti (RM) dan sedangkan baliho kandidat lain yang tidak begitu mencolok serta signifikan jumlahnya.

Hal tersebut menunjukkan animo pemilihan gubernur (Pilgub) didaerah tersebut cukup baik secara kuantitas, ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bakal calon yang ada. Selain itu mereka juga merupakan putra daerah asli. Sayang kata aktivis ini, program-program keenam bakal calon tersebut masih kabur, terlihat dari semua baliho yang ada tak ada satupun yang memuat program-program proritas mereka sebagai dasar alasan rakyat untuk memilih mereka.

” Di Ogan Ilir (OI) mungkin baliho bakal calon Gubernur tak semarak di kabupaten atau kota lain yang mencolok hanya ESP, HD dan RM, hanya saja secara kualitas dari semua kandidat setting Baliho RM cukup baik. Namun perlu diingat, bahwa sosialisasi jauh sebelum masa kampanye menunjukkan kalau elektabilitas keenam bakal calon tersebut masih rendah untuk dipilih rakyat. Dan bisa kita lihat kasat mata, bagaimana mereka mengakalinya dengan memborbardir semua daerah dengan gambar mereka dengan alat peraga baliho, banner atau striker. Sayang alat peraga sosialisasi diri mereka baru sebatas visi umum, belum sampai pada misi sehingga masih kabur program-programnya ” Jelas mahasiswa Unsri semester 7 (tujuh) ini.

Ditambahkannya sebagai mahasiswa ia berharap keenam kandidat tersebut jika terpilih nantinya jangan mengurangi anggaran dana pendidikkan didaerah tersebut dan mengalokasinya lebih banyak dalam bentuk fasilitas mahasiswa. Sebab menurutnya problematika semua mahasiswa di Sumaterselatan adalah fasilitas kampus yang buruk, biaya kuliah (semeteran) yang tinggi dan tidak memiliki laboratorium serta teknologi informasi yang memadai. Selain itu, ia juga berharap bahwa disektor pertanian pendistribusian pupuk untuk petani sebagai mayoritas masyarakat daerah itu dapat lebih baik, bantuan bibit unggul untuk petani kurang mampu serta modal dan teknologi massal bagi kaum tani dapat diberikan. Terakhir program akte tanah secara kolektif dan murah harus menjadi proritas untuk menjadi dasar legalitas kepemilikan kaum tani guna menghindari konflik agraria yang akut.

Setidaknya Mirip Jokowi

Lain lagi Muhammad Sibaweh (21), Wakil Gubernur fakultas Ushuludin, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang, ia berharap kedepan ada figur kandidat yang mirip Jokowi Gubernur DKI Jakarta secara kualitasnya melayani rakyat, namun disayangkan menurutnya rekaman jejak keenam kandidat tersebut tak satupun yang menyamai Jokowi. Jangankan metode memimpin, kharisma kedekatan dengan rakyat tak satu pun dimiliki oleh keenam kandidat tersebut. Justru momentum ini, ia mensinyalir ada banyak kebocoran anggaran APBD di didaerah semua kandidat kepala daerah tingkat II yang maju.

” Jika ditanya inginkah kreteria Gubernur kita kedepan seperti Jokowi, maka saya yang pertama kali menunjuk tangan untuk menjawab mau. Sayang kalau saat ini belum terlihat sosok itu di enam kandidat yang mulai memajangkan foto mereka disetiap daerah. Kita merindukan sosok Soekarno, setidaknya seperti Jokowi dicinta karena melayani masyarakat dan tak berbatas dengan rakyatnya sendiri. Selama ini yang namanya Gubernur, Bupati atau walikota selalu minta dilayani oleh bawahanya. Termasuk minta layani penutupan biaya cetak dan pasang baliho untuk alat peraga sosialisasi diri mereka pada pemilihan Gubernur kali ini.  Yang tentunya darimana lagi bawahanya seperti kepala Dinas dan Camat mendapatkan uang membuat baliho sebanyak itu, kalau bukan sikut kiri-sikut kanan membocorkan kran dana alokasi anggaran dinas  untuk realisasi pembangunan fasilitas publik dan memanipulasi kegiatan perjalanan dinas atau uang SPJ. Semua itu untuk sang berkuasa,” Cetusnya.

Sedangkan Orniando (20),  sekretaris Front Pemuda Peduli Penderitaan Rakyat (FP3R) Baturaja kabupaten Ogan Komering Ulu (Oku) Induk, menginformasikan bahwa didaerahnya semua baliho para kandidat rapat terjejer di semua jalan protokol dan daerah-daerah strategis namun baliho ESP terlihat lebih banyak jumlahnya ketimbang bakal calon lain. Sedangkan milik HD yang selama ini bersaing jumlahnya dengan ESP, kini baliho miliknya mulai sedikit demi sedikit menghilang. Ia menuturkan meski baliho ESP mendominasi,  tapi elektabilitas Eddy Yusuf cukup tinggi di OKU Induk.

” Meski Eddy Yusuf masih menjadi harapan sebagian masyarakat baturaja, namun hingga saat ini masyarakat masih meraba apaprogram yang akan ditawarkan Eddy yusuf dan kandidat lain kepada mereka. Sebab selain faktor pramodial kesukuan, program juga merupakan bagian penting sebagai syarat untuk memenangkan hati rakyat untuk dipilih sebagai Gubernur. Jika tidak saya meyakini angka golput pada pilgub kedepan akan sangat tinggi bisa saja melampaui 30 persen, ” Ujarnya.

Komite Pimpinan Wilayah Partai Rakyat Demokratik (PRD) provinsi Sumateraselatan, Eka Subakti (36) semakin menguatkan pernyataan ini, menurutnya Hingga saat ini berdasarkan catatan partai yang dipimpinnya. Para bakal calon Gubernur tersebut tidak memiliki kreteria yang ideal untuk diharapkan menjadi pemimpin guna membawa perubahan berkehidupan masyarakat Sriwijaya menuju kesejahteraan dan kemandirian.

“Saat memimpin kabupaten/kota para bakal calon Gubernur yang galau berlomba memajang foto-foto mereka layaknya album keluarga di jalan-jalan tidak satu pun memiliki syarat bagi kami untuk layak memimpin Sriwijya sebagai provinsi yang kaya akan hasil tambang, gas dan hasil buminya. Saya berpendapat bahwa mainset yang di bawa mereka tetap sama yaitu tidak ada kemandirian dalam pengelolaan sumber daya alam, dalam artian tetap sama dalam bingkai liberalisasi. Rakyat dihadapkan pada pilihan yang sulit di Sumsel. Namun, Saya dan insyallah seluruh rakyat sumsel tetap berharap akan ada figur alternatif kedepannya yang mampu menterjemahkan harapan rakyat banyak dan menjalankan praktek kepemimpinan yang tidak jauh dari rakyat, ” Tegasnya. (edosaman)

Comment