Mobil Mewah dan BBM Non Subsidi

Uncategorized328 Views

Kabarkite.com-Lubuklinggau (4/12) ,  WARGA kota Lubuklinggau, Sumateraselatan di ajak untuk menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamina Dex atau BBM Nonsubsidi baik itu Pertamax dan Pertamax plus. Ajakan itu dilakukan oleh pihak pertamina melalui SPBU yang ada di kota tersebut dengan  mensosialisasikan kepada pengguna kendaraan pribadi atau kendaraan mewah.

Seperti yang dilakukan oleh pihak SPBU Marga Mulya kecamatan Lubuklinggau selatan II, dengan rinci Direktur SPBU itu Efran menyatakan kepada pihak Media tentang keuntungan masyarakat menggunakan BBM nonsubsidi dan disisi lain pemerintah juga terbantu dengan adanya pengurangan subsidi BBM apa bila seluruh masyarakat menggunakan BBM Nonsubsidi.

“BBM nonsubsidi seperti Pertamina Dex (untuk mesin solar) yang kami jual dalam kemasan dengan ukuran 10 Liter dengan menggunakan bahan bakar itu banyak keuntungan yang dapat masyarakat rasakan, seperti kandungan oktan yang lebih tinggi sehingga mampu membuat mesin lebih bertenaga dan lebih sip lagi bila di kendarai,” Ujar Efran kepada Wartawan saat di jumpai (3/12).

Diungkapkannya, Keuntungan lainnya BBM nonsubsidi mengandung zat pembersih sehingga membuat saluran bahan bakar kendaraan menjadi bersih, mulai dari tempat penampungan hingga ke ruang bakar sehingga pembakaran menjadi sempurna. Pertamina Dex adalah bahan baker diesel yang telah memebuhi standar emisi gas buang EURO2 selain meningkatkan perporma mesin lebih tinggi pada mesin kedaraan, juga memiliki kwalitas tinggi dengan kandungan silfur di bawah 300 PPM serta dikembangkan dengan menggunakan Andditive baru, sehingga membuat bekerja maksimal,ekonomis dan menghasilkan tenaga yang besar. “ tentunya  pemakin bahan baka dengan menggunakan pertamina dex lebih irit,” Ungkapnya.

Berdasarkan data yang dia himpun merilis daftar penting yang mencengangkan banyak kalangan di Tanah Air. Forum energi 28 negara yang berbasis di Paris itu mencatat Indonesia kini menjadi negara nomor sembilan yang paling besar mengucurkan dana subsidi bahan bakar fosil. Indonesia duduk sederet dengan negara-negara kaya penghasil minyak bumi terbesar dunia.

Menurut data yang dirilis IEA, Senin 9 April 2012, pada 2010 lalu Indonesia menghabiskan dana subsidi bahan bakar minyak (BBM) hingga US$15,9 miliar, hanya terpaut sedikit di bawah Venezuela dan Uni Emirat Arab yang masing-masing memberi subsidi US$20 miliar dan US$18,2 miliar.

Indonesia bahkan berada di atas negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia yang menempati posisi 14 dan 19 dalam daftar Top 25 Fossil-fuel Consumption Subsidies 2010 yang belum lama ini dikeluarkan.

Besaran subsidi bahan bakar itu dihitung dari selisih harga referensi dengan harga akhir konsumen, dikali total konsumsi bahan bakar dalam setahun di suatu negara. Sementara itu, harga referensi diperoleh dari harga bahan bakar internasional plus minus biaya pengapalan dan asuransi, serta ditambah ongkos distribusi lokal dan pajak.

Bahan bakar jenis Premium di Indonesia hanya dijual Rp4.500 atau sekitar US$0,5 per liter. Ini jauh lebih murah dibandingkan di negara-negara lain, yang harganya mendekati atau bahkan lebih dari US$1 per liter.

Angka ini sebenarnya jauh dari perkiraan pemerintah, yang bila harga Premium tetap dipertahankan Rp4.500 per liter, maka saat harga minyak dunia melampaui US$100 per barel, dana subsidi BBM tanpa ampun akan membengkak menjadi Rp178 triliun.

Situasi ini, meminjam istilah Bank Dunia, telah membuat Indonesia menjadi korban dari pertumbuhan ekonominya sendiri. Ekonomi yang melesat telah meningkatkan jumlah kendaraan bermotor, dan pada gilirannya semakin rakus menyedot BBM bersubsidi. “Indonesia menjadi ‘korban’ atas keberhasilan ekonominya sendiri,” kata Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia, Shubham Chadhuri.

Bank Dunia was-was. Soalnya, lembaga ini menilai kondisi fiskal Indonesia pada 2008 berbeda dengan situasi saat ini. Pada 2008, lonjakan harga minyak dunia masih mampu dihadapi pemerintah, karena kondisi keuangan yang cukup baik. Pada periode itu, anggaran Indonesia juga masih cukup kuat menanggung beban subsidi BBM. Sekarang, kocek Republik tak setebal itu lagi. “Dengan adanya kondisi itu siapa lagi yang akan membantu pemerintah kecuali masyarakat sendiri untuk sama-sama mengurai beban Subsidi BBM agar uang Negara yang banyak itu dapat di pergunakan untuk memingkatkan kesetaraan negeri ini dengan Negara lain. Setidaknya kitaberbuat untuk Lubuklinggau,” Pungkasnya. (Rutan)

Comment