Tidak Mudah Menjadi Seorang Guru

Uncategorized362 Views

oleh : Diah Catur Mediansyah

Kabarkite.com-Opini, Kebanyaan orang mengatakan bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan yang menyenangkan, tidak capek, santai dan memakan waktu yang pendek. Di saat siswa pulang, guru pun ikut pulang.  Disaat siswa libur, guru pun ikut libur. Guru pekerjaan yang sangat mudah dan santai.

Tidak ada beban yang berat yang mereka pikul setiap hari. Tidak ada tugas yang selalu menunggu untuk diberikan kepada bos sebagai DEADLINE. Tidak ada target yang perlu dicapai dan dikejar seperti Bagian Marketing.

Guru selalu jadi panutan dan disegani masyarakat.

Itu adalah sebagai pandangan orang yang berpikiran positif terhadap Guru. Sesungguhnya, Pekerjaan sebagai Guru sangatlah berat. Disini mereka mengandalkan semuanya; tenaga, pikiran, hati dan emosi. Sesungguhnya sama saja dengan pekerjaan yang lain. Guru juga punya customer, yaitu siswa. Tapi bukan hanya siswa, satu keluarga siswa dan masyarakat disekitarnya.

Guru punya tanggung jawab yang begitu besar. Guru berusaha MENDIDIK anak yang tidak tahu menjadi tahu, bukan yang bodoh menjadi pintar.  Guru berupaya MELATIH displin kepada siswa, bukan mendikte melakukan apa yang diperintahkan.

Guru sekuat tenaga MENGAJARKAN siswa untuk bekerja lebih giat dan rajin, bukan menjadi malas dan susah diatur. Itu adalah sebagian kewajiban guru terhadap siswa.

Bagaimana kewajiban guru terhadap sekolah dan Diknas?

Program Tahunan, Program Semester, Analisis Minggu Efektif, Silabus, Rencana Pembelajaran dan juga bertumpuk-tumpukan buku siswa menunggu untuk dikoreksi setiap hari.  Guru pun sama-sama mempunyai hati. Mereka selalu berusaha menahan amarah, meredam emosi, dan menambah kesabaran. Kesabaran yang tanpa batas, Unlimited Patient!

Satu kelas, 30 siswa. Satu sekolah, lebih kurang 300 siswa! Dimana, masing-masing mempunyai sifat, dan tingkah laku yang berbeda-beda. Ada siswa yang perlu perhatian ekstra, ada siswa yang perlu dididik dengan tegas dan keras.  Setiap hari pula, tak berhenti setiap siswa berbuat ulah dan mencoba menguji kesabaran.

Mulai dari ejekan yang menjadi sebuah perkelahian, aduan-aduan yang berlebihan, tangisan, dan sampai siswa yang tidak membuat PR. Namun, tetap, semua dijalankan dengan HATI.

Ok, Hukuman…!!! Dulu, ketika saya masih duduk di SD, hukuman yang diberikan guru saya adalah hukuman fisik. Baik berupa; sebatan dengan rotan, menepuk keras-keras telapak tangan dengan mistar kayu, menjewer telinga, mencubit perut dan sampai hukuman berdiri di depan kelas.

Jujur, hukuman itu selalu membuat saya takut dan menjadi jera. Rasa malu dan sakit yang begitu besar, membuat saya berusaha melakukan pekerjaan sekolah dengan baik.  Kenyataan sekarang tidak sama dengan dulu. Begitu banyaknya kasus yang muncul di koran atau televisi mengenai guru yang dipolisikan wali murid karena tidak senang dengan tindakan guru tersebut, tidak sedikit guru mengubah cara hukuman mereka. Dengan menyuruh siswa menulis di buku “saya tidak akan lupa lagi mengerjakan PR” sebanyak 100x, memberi tugas tambahan, sampai hukuman paling lucu dan terbaru yang teman saya berikan kepada siswanya yaitu menguncit rambut mereka baik siswa maupun siswi sebanyak-banyaknya.

Komunikasi antar guru dan wali murid sangat diperlukan sekali. Guru bisa memberitahukan perkembangan siswa kepada orang tuanya. Sehingga kejadian seperti itu tidak perlu sampai ke Poisi.

Sekarang, yang saya rasakan adalah keprihatinan melihat siswa yang suka menyepelekan pelajaran, ketidaksopanan terhadap orang yang lebih tua, kebrutalan mereka dalam tawuran antar kelompok, dan kebebasan mereka dalam bergaul.

Lihatlah ketika siswa menghadapi ujian sekolah, banyak dari mereka yang tidak lagi belajar. Mereka mempergunakan waktu untuk belajar ketika ulangan dengan berinternet ria (Memainkan berbagai macam permainan, facebookan, dan lainnya). Mereka tidak lagi takut dengan ancaman nilai kecil sampai tidak naik kelas.

Ketidaksopanan mereka pun terlihat ketika dalam proses belajar mengajar. Guru menerangkan, namun siswa asyik mengobrol atau malah bermain. Bila ditegur, apa yang guru dapat?? Cacian makian dan ejekan, bahkan ancaman (ini khusus untuk kelas yang lebih tinggi). Dan, ini pernah dialami oleh salah satu guru SMP saya dulu, berdasarkan kesaksian keponakan saya yang diajarnya kini.

Kelompok-kelompok siswa melakukan aksi tawuran dengan masih menggunakan seragam sekolah yang tanpa mereka sadari sudah mencoreng nama sekolah mereka sendiri.

Siswa pun tak mengenal lagi batasan-batasan dalam pacaran. Sudah bak di barat siswa sekarang! Sudah pakai kata-kata mama papa atau umi abi mereka sekarang. Yah, jangankan siswa di kelas tinggi, siswa saya yang SD saja sudah pintar tulis surat cinta.

Boleh saja menyukai lawan jenis atau pacaran namun jadikan pacaran atau orang yang kita taksir itu sebagai penyemangat bangun pagi, penyemangat ke sekolah dan sebagai penambah rasa malu ketika melakukan kesalahan di sekolah.

Satu hal lagi,, tolong, jangan menganggap guru makhluk paling pintar di jagat raya. Guru sama seperti yang lain, suka salah dalam bertindak. Dimanapun, kita sama-sama belajar.

Guru itu seperti sumur, masih memerlukan air untuk memenuhinya demi keperluan manusia.  Begitu berat menyandang pekerjaan GURU, bila selalu dianggap orang paling pintar, paling berintelektual, paling sempurna dan patut dicontoh. Yah, kurang lebih seperti Ustad.

Yang berarti guru harus selalu berusaha menjadi terbaik tetapi membuatnya  merasa terkekang dari kebebasan bertingkah laku dan bukan menjadi dirinya seutuhnya. Namun, Guru berusaha menjadi panutan baik di sekolah maupun di masyarakat.

Dan, saya bersyukur dan senang menjadi seorang guru. Walaupun materi diatas segalanya, memberi ilmu dan membantu siswa menggapai cita-cita adalah suatu kenikmatan yang Luar Biasa Indahnya.

Menemani siswa siswi tumbuh menjadi lebih besar dan lebih baik, mengajari segala hal tanpa memikirkan pamrih dari mereka nanti merupakan harta paling berharga bagiku. Dengan mendengar kesuksesan mereka atau menyapa Guru disaat bertemu adalah anugerah yang sudah berlimpah.

Saya memang belum mempunyai buah hati, tapi saya mempunyai 300 anak didik bahkan lebih yang akan selalu saya cintai dan setia berada di memori saya.  Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Pahlawan Para Cendikia, Umar Bakrie Bersepeda, Muslimah yang berjuang demi 10 siswanya. ***** Penulis Merupakan salah satu Guru di Kota Palembang

Comment