Nenek Hayuda Rela Tinggal Di Kandang Kambing

Empatlawang1293 Views

Kabarkite.com, Tebingtinggi (31/5)- Kemiskinan serta beratnya menjalani kehidupan dalam memenuhi kebutuhan hidup membuat seorang Nenek bernama Hayuda (73) harus rela tinggal dikandang kambing bersama cucunya Reski (14) yang masih duduk di bangku kelas 6 SD.

Bayangkan sudah selama belasan tahun ini keduanya menempati pondok yang menyerupai kandang kambing di Desa Mekarti Jaya (3b), Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang.

Miris memang melihat ataupun merasakannya, potret kemiskinan yang dialami Nenek dan cucu perumpuannya itu, merupakan salah satu contoh dari sekian banyak potret kemiskinan yang ada di bumi Saling Keruani Sangi Kerawati ini. Entah apa alasannya, pemerintah daerah kabupaten Empat Lawang seakan tutup mata dengan kondisi Nenek Hayuda yang sejak tiga tahun terakhir, tidak lagi mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam jenis apapun. Bahkan cucunya pun tidak mendapatkan Bantuan Siswa Miskin (BSM) dari pemerintah.

Saat ditemui di pondoknya berukuran 2×3 itu, Nenek Hayudah berkali-kali meneteskan air matanya saat bercerita tentang kesulitan hidup yang dihadapinya. Apalagi saat menceritakan sang cucu kesayangannya, Reski harus melanjutkan ke sekolah menengah pertama (SMP) lantaran saat ini sudah duduk di kelas 6 SD, sementara dia tidak memiliki biaya.

Nenek yang bekerja sehari-harinya sebagai pengumpul buah sawit di salahsatu perkebunan sawit, hanya mampu menghasilkan uang Rp15 ribu perharinya ini, membuat nenek Hayuda tidak mampu membangun tempat tinggal yang lebih layak.

“Saya sudah belasan tahun tinggal di pondok ini. Cucu saya ikut dengan saya sejak dia berumur 7 bulan karena orang tuanya tidak tau lagi keberadaannya,” kata Nenek Hayuda dengan wajah krutnya dilinangi airmata.

Saat ini dia mengaku berencana mengganti atap pondoknya itu dengan terpal plastik. Pasalnya, atap seng yang saat ini menjadi atap pondoknya tersebut sudah mulai banyak bocor dan rusak termakan usia. “Saya berencana mengganti atap seng yang sudah rusak ini dengan terpal. Nanti saya minta bantu dengan tetangga,” ujarnya.

Dia menceritakan, dulu pernah mendapatkan bantuan pemerintah seperti bantuan langsung tunai, Raskin dan berbagai program pemerintah lain. Namun dia mengaku sejak tiga tahun terakhir, bantuan tersebut tidak lagi didapatnya. “Kalau dulu pernah, namun saat ini nama saya sudah tidak ada lagi, mungkin nama saya sebagai penerima bantuan sudah dihayutkan orang di sungai musi, bahkan cucu saya tidak pernah mendapatkan BSM,” cetusnya.

Sementara, Nurmini (50) salahseorang tetangganya menyebut jika tanah tempat berdirinya pondok milik Nenek Hayuda bukan milik Hayuda. Dia mengatakan pondok tersebut didirikan oleh para tetangga sekitar, karena kasihan dengan kondisi Nenek Hayuda.

“Pondok itu dibangun gotongroyong warga sekitar. Warga sekitar sini sering bantu dia beri uang atau beras,” ungkap Nurmini.

Kepala Desa (Kades) Mekarti Jaya (3B) Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang, Zulvan Aliansyah mengakui kondisi Nenek Hayuda. Dia menyebut, telah melakukan pendataan warganya yang berada digaris kemiskinan. Bahkan data tersebut sudah disampaikan ke pemerintah kabupaten (Pemkab) Empat Lawang.

“Setiap kali ada pendataan, saya selalu dampingi petugas dari dinas. Anehnya setiap kali bantuan yang turun ke desa saya, selalu saja tidak tepat sasaran. Bahkan pada PKH kemarin, cuma satu warga saja yang dapat, itupun bukan warga yang memang pantas menerima,” jelasnya.

Dia mengatakan, untuk Nenek Hayuda ini dia berharap, dapat menjadi perhatian Pemkab Empat Lawang, bahwa tidak hanya satu orang yang berhak menerima bantuan dari program pemerintah, namun banyak warga yang lain.

“Nenek Hayuda salahsatu contoh saja, masih banyak yang lain. Saya hanya berharap, data masyarakat miskin yang digunakan untuk menyalurkan program bantuan bagi masyarakat miskin itu harus benar valid,” pungkasnya.(faris)

Comment