Gulungan asap ini memedihkan mata
Ku tunggu langkahmu di persimpangan
Perut yang melilit ini, kalah dengan isi kepala ku
Ku buang jauh lamunan tentang terang
Sebab menunggu perlu waktu
Kau berjanji disela harap
Dikala mata telah sayup karena lapar
Sewaktu dering ponsel menjadi pengalihan
Kau tahu aku berkejaran dengan waktu
Menunggu tangis anak bangsa redah
Kuyup basah dikepala tak terasa
Seolah menjadi menyejukkan gelora amarah
Kau tahu penguasa ada Jutaan anak lulusan menengah akan menganggur
sedangkan pundi yang kau simpan dibalik dapurmu
Bahkan tak tercium oleh kecoa
Masih ada harapan kah untuk berubah ?
Karena jiwa telah terpasung
namun cita-cita..
Tak pernah kalah oleh janji
Besok akan ku tunggu lagi
Entah lusa atau sewindu lagi
Akan kutancapkan stempel di dahimu
omong kosong…
Janji kampanye mu tak mampu membeli apa-apa…
Membeli mimpi atau hidup kami
Sebab semua telah jelas
Semua hanya omong kosong
Abu rokok ini telah mencair bersama hujan
Sandiwaramu itu akan merusak semua
Cita-cita juga mimpi anak bangsa
Juga Pundi-pundi yang kau kumpulkan dari tangis negeri ini
Akan hangus jua…
karena semua tak abadi
Kemolekan dan keanggunan itu basi
Santun dan jumawa itu polesan
Hanya untuk memberi mimpi
Untuk bersandiwara
Untuk menunda semua resah
Untuk meniduri semangat kaum muda
Untuk membunuh cita-citanya
Dengan nyayian cinta kasih yang palsu
kau tau…
omong kosong…
hanya itu…
bila rakyat marah tak ada obatnya
Jika lapar telah mencapai tenggorokan
Janjimu akan menjadi bara api
Enyakkan alasanmu
Karena ini nyata
omong kosong…
Benci tak mungkin dihapus dengan tetes air hujan
akan kurajam jiwamu,
Jika mulai kau sakiti rakyatku lagi…
kumpulan Puisi : Edosaman, 11 Oktober 2009
Comment