Tipikal Kepemimpinan Bupati Musirawas Utara 2016-2021

Muratara, Opini1254 Views

Kabarkite.com, Opini (29/9) – EVALUASI Terhitung Maret-September 2016 yang sudah berjalan satu semester (6 bulan) Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) dipimpin oleh seorang bupati definitif bernama HM. Syarif Hidayat dan wakilnya bernama H. Devi Suhartoni. Selama satu semester tersebut penulis dapat menyimpulkan beberapa poin penting tentang gaya kepemimpinan sang bupati yang terangkum dari beberapa sumber. Seperti media, politisi, pejabat dan beberapa tokoh masyarakat. Sehingga dapat ditarik kesimpulan yang seakan-akan masyarakat luas sudah meragukan kecakapan sang pemimpin. Padahal, opini ini sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu untuk menganggu jalan yang sedang dibangun dan dititi oleh pemerintah guna mengantarkan Kabupaten Muratara ke arah yang lebih baik. Penulis menghormati para narasumber yang tak berkenan namanya disebutkan.

 

Enam bulan perjalanan waktu tidak begitu terasa. Kabupaten Muratara terus menunjukkan upaya-upaya pembenahan jati dirinya sebagai sebuah kabupaten yang mulai bangun dari tidur panjang. Menggeliatkan otot-otot kaku serta mengucek-ucekkan kedua mata dan melihat peradaban luar kemudian mengambil iktibar serta membandingkan dengan keadaan diri sendiri. Alhasil, keberinginan memperbaiki diri semakin menggelora dan membulatkan satu kata ‘ayo berbenah’. Sang Pemimpin-pun telah memulai pembenahan itu. Kebijakan-kebijakan arif, langkah-langkah strategis, pembangunan yang tidak hanya menyentuh bidang fisik, mental spiritual-pun tak luput dari keinginan besarnya. Berbagai pembenahan ini dilakukan dengan gaya kepemimpinannya sendiri.

 

Namun, ibaratkan membangun sebuah rumah, tentu harus jeli ketika menimbang dan memilih mana yang harus didahulukan. Konsep yang dapat dipercaya serta bersumber pada pemikiran yang benar-benar ahli dibidangnya turut pula menjadi acuan guna menegakkan pondasi serta pilar-pilar utama dalam pembangunan sebuah kabupaten. Akan tetapi, lagi-lagi sebuah rencana harus mengkerucut pada sebuah kebijakan. Dan kebijakan yang paling menentukan di sebuah daerah bernama kabupaten dilakukan oleh seorang bupati kemudian di syahkan oleh kesepakatan dan keputusan bersama di lembaga rakyat bernama DPRD.

 

Oleh karena (dapat dikatakan) kepemimpinan yang sekarang sebagai pembawa bendera estafet dari Bupati sebelumnya, serta merta program yang sedang berjalan sekarang ini adalah bukan keseluruhannya hasil dari kebijakan Bupati yang baru menjabat. Menyikapi hal ini, maka sangat diperlukan kecerdasan dan kearifan berfikir bersama sebelum mengambil berbagai kesimpulan seperti menghembuskan sebuah opini bahwa Bupati tidak tegas dalam memimpin.

 

Tipikal Kepemimpinan

Isu yang bergulir akhir-akhir ini Bupati Muratara tidak tegas dan lamban dalam mengambil sebuah keputusan maupun kebijakan. Setelah ditelaah dari keinginan beberapa sumber tersebut agar supaya seorang Bupati dapat menindak langsung setiap problema masyarakat. Tegas dalam menegakkan kedisiplinan serta cepat saat mengambil kebijakan. Dalam hal ini, Penulis ingin memberikan sebuah pemahaman tentang tipikal atau karakter seseorang. Oleh karena ciri khas yang dimiliki seseorang tidaklah sama satu dengan lainnya. Memaksakan karakter seseorang agar selalu sama persis dengan yang kita inginkan sudah pasti tidak akan mendapatkan hasil maksimal apalagi sempurna. Lebih-lebih bilamana ketegasan yang salah ditafsirkan. Ketegasan spontan lebih cenderung kepada sikap grasa-grusu, arogan, berbicara keras dan menyakitkan. Kita orang-orang Indonesia sangat dikenal di manca negara sebagai negara yang masyarakat memiliki budaya tepo sliro, budaya santun. Pintar tidak menggurui, cepat tidak harus mendahului, menang tanpa menindas, menghukum bukan berarti membeban, tegas bukan pula menebas dan mengalah tak selalu diartikan kalah.

 

Pembagian karakter dasar seseorang menurut para pakar psikologis: Maxwell, Wyne, Kamisa, Doni Kusuma dll. Rata-rata mereka berpendapat yang pada akhirnya dapat disimpul dan diringkas menjadi dua bagian. Pertama, Koleris (High profile). Tipe yang cenderung tegas, keras, agresif, cepat dan tidak mudah dipatahkan. Tipe ini yang dimiliki oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno. Tipikal kepemimpin Ir. Soekarno yang memang disesuaikan oleh Allah di zaman itu. Kedua, Plegmatis (Low Profile). Tipe ini cenderung pengalah, pemaaf, pemikir dan sama-sama tidak mudah dipatahkan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) salah seorang pemilik dengan gaya kepemimpinan Plegmatis. Hingga dua periode SBY menjabat sebagai Kepala Negara, itu menunjukkan bahwa dia mempunyai gaya yang disukai rakyat. Adapun HM. Syarif Hidayat selaku Bupati Muratara dalam pengamatan penulis lebih cenderung memiliki gaya kepemimpinan plegmatis. Oleh karena karakter ini sudah terbentuk sejak lahir maka gaya kepemimpinannya (tipikal) takkan lari dari karakternya sendiri.

 

  1. Syarif Hidayat bukan sekadar pemimpin Muratara (bupati, pen). Lebih dari itu dia sebagai seorang tokoh yang memang sudah ditokohkan. Orang yang sudah diorangkan. Selain matang di dunia birokrasi, dia pun profesional dalam penerapan kepemimpinan hingga jenjang terbawah. Seiring dengan karakter yang dimilikinya, ia pun pandai menghargai hak dan kewenangan perangkat struktural kepemerintahan sebagai bawahannya. Misalkan di suatu tempat dalam kawasan Muratara tengah terjadi peristiwa besar yang sekiranya masih dapat teratasi oleh perangkat setaraf SKPD, memang tidak salah seorang bupati langsung mengatasi persoalan. Akan tetapi sebagai seorang tokoh tentu akan lebih bijak bilamana selalu memberikan kesempatan kepada orang lain yang sudah menjadi tugasnya sendiri untuk mengatasi permasalahan yang ada sebagai perpanjangan tangan seorang Bupati. Itulah sikap yang semestinya ditunjukkan oleh seorang tokoh masyarakat yang patut ditokohkan. Akan lebih tidak bijaksana ketika persoalan-persoalan kecil langsung diatasi seorang Bupati. Perbuatan ini justeru menampar dan mempermalukan para pejabat di bawahnya. Kalau setiap persoalan sekecil atau sebesar apa pun selalu ingin diselesaikan oleh seorang Bupati, maka struktur kepemerintahan akan menjadi timpang bahkan mengarah pada kepemimpinan diktator. Dan sekuat apa pun sebuah bangunan jika semua beban ditumpukan ke satu pilar utama sudah pasti rumah tersebut takkan bertahan lama, ambruk! Walaupun seorang pemimpin terkadang perlu melakukan sikap untuk mengatasi masalah yang bersifat insidentil. Seperti yang dicontohkan oleh khalifah Umar Ibnu Khottob tatkala melihat kemiskinan rakyatnya sendiri.

 

  1. Syarif Hidayat dengan segala kiat dan upayanya telah berbuat untuk melaksanakan visi dan misinya (Muratara Bangkit: Makmur, Aman, Cerdas dan Bermartabat) dengan gaya dan cara ‘Tipikal Kepemimpinan’nya sendiri (Low Profile). Selain memantau dan mendukung, sebagai masyarakat tidak juga salah jika berkeinginan memberikan kritik atau masukan asalkan demi kemajuan bersama serta tidak menyalahi prosedur yang diatur oleh undang-undang. Selain itu harus pula difahami dan disadari bersama bahwa setiap orang tidak akan dapat memuaskan semua orang. Sebab, sesuatu yang bernama kepuasan hanya dapat ditutup dengan satu kata bernama kematian. Begitulah gambaran yang diberikan oleh Rosulullah SAW. Apabila seseorang diberikan sebutir emas dia akan selalu berusaha dan menuntut agar diberikan segenggam emas. Setelah ia memperoleh segenggam emas dia kembali mencari dan terus mencari cara agar diberikan segunung emas. Begitulah seterusnya sampai kematian menjemputnya (menamatkan keinginannya yang bernama kepuasan, pen).

 

Sebagai seorang muslim yang baik harus patuh kepada kemauan Allah SWT yang dengan segalamau-Nya sang maha pengatur dan menentukan setiap kejadian di muka bumi. Jangankan mendudukkan seseorang di sebuah jabatan dalam memimpin negeri. Perjalanan semut dalam lorong-lorong gelap, kicauan burung di pagi atau kokok ayam di buta malam, pergerakan ikan di air, dedaunan yang menampung butir-butir embun di pagi hari, bahkan penempatan debu di segala ruang takkan luput dari pengamatan dan dalam rencana-Nya. Pendek kata HM. Syarif Hidayat dan H. Devi Suhartoni memang telah diatur dan ditentukan oleh Allah SWT sebagai pemimpin Muratara (2016-2021) yang dikondisikan-Nya sesuai dengan keadaan yang disesuaikan pada zamannya. Muratara saat ini sangat membutuhkan seorang pemimpin yang pemikir, konseptor, berprinsip dan memiliki visi misi jelas berpihak pada kebutuhan dasar rakyat.  Menyeimbangkan pembangunan fisik mental spiritual. Dapat berkoordinasi yang baik dengan FKPD sesuai dengan tufoksi masing-masing. Dan sejauh ini telah terlihat dengan jelas walau hanya dalam hitungan enam bulan berjalan.

 

Harapan penulis semoga masyarakat luas dapat memberikan kesempatan kepada para pejabat negara dalam menjalankan tugasnya sejalur dengan koridor dan visi misinya. Lebih-lebih pembangunan yang jelas-jelas dapat menyentuh kepada kebutuhan dasar masyarakat. Tidak perlu lagi memberikan stempel kebaikan kepada para pelaku kebaikan. Akan tetapi perlu mewaspadai kejahatan yang berselubung mengatasnamakan kebaikan. Jangan pula terbuai dengan berbagai pencitraan. Karena pencitraan adalah pembohongan. Pembohongan adalah kepalsuan. Kepalsuan adalah kemunafikan. Dan dalam sudut pandang agama mana pun kemunafikan adalah dosa besar.[]

 

*) Penulis adalah Staf Khusus Bupati Muratara bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan

Comment